Rasa khawatir atau cemas tidak jarang kita alami. Meski sering dinilai sebagai hal yang negatif, khawatir tidak selamanya buruk. Seperti halnya yang diungkapkan Ibu Anne Kartawijaya dalam webinar parenting SMP Kristen Gloria 1 yang bertajuk, It’s Okay to be Worried. Ibu Anne mengungkapkan, kekhawatiran tidak semua sia – sia ada yang mendatangkan manfaat. Salah satunya sebagai penyangga emosi untuk memberikan motivasi. Secara spiritual kekhawatiran membawa pada kesadaran dan pengenalan diri sebagai manusia yang rapuh .
Namun, bagaimana bila rasa khawatir datang dalam diri anak-anak dan remaja ?
Umumnya kecemasan atau kekhawatiran pada anak dan remaja disebabkan oleh beberapa hal. Seperti perasaan insecure, fobia, ekspektasi dari luar dan dalam diri anak serta relasi dengan teman baik secara nyata ataupun virtual.
Apa saja yang perlu diperhatikan orang tua dalam menghadapi kecemasan / kekhawatiran anak ?
Pertama adalah mengenali tanda kecemasan pada anak. Kendati setiap anak memiliki tanda kecemasan yang berbeda – beda, berikut tanda – tanda kecemasan yang umum terjadi,
- Jantung berdebar
- Bernafas cepat, berkeringat
- Mudah terkejut
- Otot tegang/mata berkedip (excessive binking the eyes)
- Gangguan tidur/mengigau/mimpi buruk
- Ngompol (tidak biasa)
- Lengket pada orang tua / mengurung diri
- Menangis atau berteriak – teriak ketakutan
- Marah meledak – ledak
- Sakit kepala
- Mual / sakit perut / muntah – muntah
- Pikiran negatif
- Kehilangan percaya diri
- Kehilangan minat beraktivitas
- Kehilangan nafsu makan
- Pesimis
- Tidur terus / lesu
- Kecanduan pada hal tertentu.
Jika anak-anak memperlihatkan tanda-tanda kecemasan jangan khawatir sebagai orang tua bisa membantu mengatasi dengan melakukan hal dibawah ini :
- Jangan menghindarkan, tapi biasakan.
- Jangan positif idealis, tapi positif realistis.
- Jangan mengabaikan, tapi menerima.
- Jangan meremehkan, tapi menyatakan pengertian.
- Jangan melarang khawatir, tapi mempercakapkan / mengomunikasikan.
Memberikan ruang agar anak relax seperti memberikan kesempatan bermain game atau melakukan hobi yang disukai juga penting dilakukan untuk mencegah kecemasan. Orang tua memiliki peran yang besar dalam perkembangan emosi psikologis anak. Selain sebagai teladan, trainer, tutor, orang tua juga bisa menjadi teman untuk anak. Berikut beberapa tips dari Ibu Anne Kartawijaya,
- Melakukan aktivitas bersama anak, seperti olahraga bersama, chores (pekerjaan rumah) bersama, dan family adventure.
- Menciptakan percakapan / komunikasi dari hati ke hati dengan anak.
- Terlibat dalam minat bersama anak.
- Mengurangi stress dengan sengaja menciptakan kesempatan rutin untuk having fun dan bicara.
- Jarak bukan alasan. Sehingga penting untuk selalu menciptakan heart connection dengan anak.
- Jangan terlalu serius dengan anak. Tidak masalah jika kita bisa menunjukkan tertawa lepas di depan anak.
- Physical & emotional bonding dengan orang tua / saudara kandung juga penting untuk dihadirkan.