Aktualisasi diri anak memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan perjalanan tumbuh kembang anak. Relasi orang tua dengan anak rupanya sangat mempergaruhi anak dalam aktualisasi diri. Seperti halnya yang diungkapkan Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D dalam seminar orang tua, Relasi Orang tua – Anak dan Hubungannya dengan Perkembangan Motivasi Anak, yang diadakan oleh SMP Kristen Gloria 1.
Pada kesempatannya, Pdt. Paul Gunadi mengungkapkan, “fokus utama bukan pada nilai, melainkan motivasi. Karena nilai hanyalah buah dari usaha, sehingga fokus utama kita tertuju pada motivasi, yang merupakan motor penggerak usaha.” Pdt. Paul Gunadi memberikan beberapa tips praktis bagi orang tua untuk menanamkan motivasi aktualisasi diri pada anak, diantaranya :
- Selalu utamakan usaha anak di atas hasil.
Mengutamakan pemberian pujian terhadap usaha yang telah dikerahkan anak daripada hasil adalah sebuah wujud penghargaan. Hal ini penting agar tertanam motivasi pada diri anak, bahwa proses dan usaha yang dilalui adalah pembelajaran yang patut dihargai, selain hasil yang baik.
- Selalu utamakan kreativitas (ide-ide segar) di atas konformitas. Mencari tahu di atas diberitahu.
Dengan mengajak anak untuk mencari tahu lewat kegiatan kecil, seperti membaca buku dan menuangkan ide pendapatnya tentang buku yang ia baca, secara tidak langsung anak akan terbiasa untuk berkreativitas lewat ide-ide yang dimilikinya.
- Selalu utamakan kepedulian di atas kepentingan.
Menanamkan kepedulian sebagai hal yang utama daripada kepentingan kepada anak dapat membentuk karakter untuk tidak menjadi pribadi yang egois.
- Selalu utamakan kebaikan di atas kepintaran.
Pada umumnya orang-orang akan senang dengan kebaikan, tetapi mereka akan menaruh kekaguman terhadap kepintaran. Menjadi pintar adalah hal yang baik, namun tidak boleh dilewatkan untuk selalu memberikan penekanan kepada anak agar menjadi pribadi yang berkarakter baik bagi sesama. Soroti setiap perbuatan baik yang telah dilakukan anak dengan memberikan tanggapan positif dan rasa bangga.
- Selalu utamakan terbaik di atas lebih baik.
Terbaik adalah mengukur diri dari kemampuan sendiri, sedang lebih baik adalah mengukur diri dari kemampuan orang lain. Yang terpenting bukan apakah saya adalah lebih baik dari orang lain, melainkan apakah saya sudah menjadi diri saya yang terbaik ? Apakah saya sudah mengoptimalkan kemampuan saya dengan baik ?
- Utamakan mendengarkan di atas didengarkan.
Mendengarkan sama dengan belajar, sebaliknya, kita tidak belajar dari didengarkan.
- Selalu utamakan pola pikir “untuk apa” di atas “untuk siapa.”
Pertanyaan “untuk apa” akan menggiring anak untuk berpikir kritis, fokus pada materi atau kenyataan. Sedangkan “untuk siapa” akhirnya sekedar hanya untuk menyenangkan orang. Penekanan kepada anak bahwa yang ia kerjakan bukan untuk menyenangkan orang tua atau orang lain. Hal ini dapat berpengaruh dalam dunia kerja yang nanti akan dihadapi anak, untuk siapapun bekerja adalah nomor dua, yang terpenting fokus pada pekerjaan itu sendiri, memberikan yang terbaik.
- Selalu utamakan penerimaan di atas pencapaian.
Izinkanlah kegagalan, karena kegagalan adalah bagian dari hidup. Dari kecil, penting untuk kita mengajarkan anak menerima kegagalan, hal ini akan membentuk anak menjadi pribadi yang tangguh. Sewaktu berbicara kepada anak, jangan pernah malu untuk menceritakan kegagalan yang pernah dialami.
- Selalu utamakan apa yang bisa dilakukan di atas apa yang seharusnya dilakukan.
Tempatkan dan perlakukan anak sesuai kemampuannya. Menerima keterbatasan anak adalah hal yang perlu dilakukan orang tua untuk bisa membangun kepercayaan diri anak.
- Selalu utamakan malu karena tidak melakukan apa yang bisa dilakukan, bukan karena tidak mencapai apa yang seharusnya dilakukan.
Pdt. Paul Gunadi juga mengingatkan, tugas orang tua adalah menciptakan suasana rumah yang sejahtera dan penuh anugerah. Maka dari itu, sebagai orang tua harus menjadi versi dirinya yang terbaik terlebih dahulu. “Di dalam lingkup anugerah, anak akan mengembangkan motivasi menjadi diri yang terbaik bukan karena disuruh atau diharuskan, melainkan karena sosok orang tuanya telah menjadi diri yang terbaik,” ungkap Pdt Paul Gunadi. Seminar orang tua ini diadakan melalui Live Streaming Youtube SMP Kristen Gloria 1 dan disaksikan seluruh orang tua siswa dari kelas 7, 8, dan 9.
“Kegiatan seminar orang tua rutin kami adakan sebagai bentuk kolaborasi sekolah dengan orang tua siswa selaku partner tumbuh kembang anak. Pada kesempatan kali ini kami mengangkat tema relasi orang tua-anak dengan perkembangan motivasi anak, karena pembelajaran yang harus dilaksanakan jarak jauh. Sehingga penting untuk kami meningkatkan sinergisitas dengan orang tua dalam mendampingi proses belajar anak,” ungkap Ibu Amelia Ongkodjojo, guru Bimbingan Konseling SMP Kristen Gloria 1, sekaligus PIC seminar orang tua.